Pengaruh
Faktor Air
Widya
Sri Rahayu1
1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl.
Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
email: wie_ra17@ymail.com
Abstrak
Jagung (Zea mays) merupakan salah
satu tanaman pangan, baik sebagai sumber karbohidrat utama maupun sumber pangan
alternatif. Untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman jagung (Zea mays) tentu memerlukan air. Hal ini karena
air merupakan penyusun sel-sel dan jaringan tumbuhan. Tujuan praktikum ini
adalah untuk mengetahui pengaruh faktor air terhadap pertumbuhan tanaman jagung
dan untuk mengetahui tingkat kelayuan pada tanaman jagung. Lima biji jagung
ditanam pada pot yang berbeda-beda dan masing-masing pot diberi perlakuan yang berbeda
pula. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
jagung sangat dipengaruhi air. Apabila kekurangan air jagung akan layu, dan
jika kekeringan terjadi terus-menerus jagung dapat mengalami kematian. Namun
apabila air terlalu berlebihan, jagung juga dapat mengalami kematian yang
disebabkan kebusukan pada akar, batang dan juga daunnya.
Kata
kunci: Zea mays,
Pengaruh Air, Pertumbuhan dan Perkembangan tumbuhan, Necrosis
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu komponen fisik yang sangat
penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Maynard &
Orcott 1987). Hal ini karena air merupakan penyusun sel-sel dan jaringan
tumbuhan. Jumlah air yang dikandung dalam tumbuhan tentu berbeda-beda,
tergantung pada jenis tumbuhan dan habitatnya. Biasanya, tumbuhan-tumbuhan
herba lebih mengandung air lebih banyak daripada tumbuhan perdu.
Laju evapotranspirasi dan absorbsi air pada suatu
tumbuhan harus seimbang. Apabila proses hilangnya air (evapotranspirasi) tidak
diimbangi dengan penyerapan air dari dalam tanah, maka tumbuhan akan mengalami
kekurangan air. Kekurangan air dalam tubuh tumbuhan akan
mengakibatkan pembelahan dan pembesaran sel mengalami penurunan, sehingga pertambahan
tinggi tumbuhan, pembesaran diameter batang, perbanyakan daun dan pertumbuhan
akar menjadi terhambat (Kramer, 1969). Akibat lainnya yaitu penurunan turgor yang menyebabkan turunnya proses fisiologi
tumbuhan tersebut (Fitter dan Hay, 1981). Selain itu, kekurangan air juga dapat
mengakibatkan terjadinya necrosis pada tumbuhan yaitu mengeringnya pucuk daun
dan tunas sehingga warna daun berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan, dan
diikuti daun-daun yang lain.
Adapun fungsi air bagi tanaman menurut Noggle dan
Frizt (1983) yaitu sebagai senyawa utama penyusun protoplasma, sebagai pelarut mineral
dalam tanah sehingga dapat dan diangkut dari satu sel ke sel lain, sebagai
media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, sebagai reaktan pada sejumlah reaksi
metabolisme, penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, menjaga turgiditas
sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, sebagai pengatur
mekanisme gerakan tanaman, perpanjangan sel, sebagai bahan metabolisme dan
produk akhir respirasi, serta digunakan dalam proses respirasi. Sedangkan
menurut Rashid (1997), air diperlukan oleh tubuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya,
antara lain untuk transpirasi dalam
proses asimilasi untuk pembentukan
karbohidrat dan juga untuk pengangkutan
hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tanaman.
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan, baik sebagai sumber
karbohidrat utama maupun sumber pangan alternatif. Jagung tidak hanya
dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, tapi, digunakan juga untuk pakan
ternak terutama bagian tongkolnya, bijinya dibuat menjadi tepung jagung dan
juga minyak. Jagung merupakan tanaman
dengan tingkat penggunaan air
sedang. Walaupun demikian, air merupakan faktor pembatas yang
sangat penting, karena dapat mempengaruhi
hasil panen jagung.
Kurangnya debit air pada lahan
yang ditanami jagung, akan menyebabkan aerasi
udara dalam tanah
terganggu dan pasokan
oksigen dalam tanah tidak
lancar, sehingga perkembangan tanaman menjadi
tertunda atau mengalami kekerdilan. Berdasarkan penjelasan diatas, dilaksanakanlah
praktikum Pengaruh Faktor Air ini, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor air terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays).
BAHAN
DAN METODE
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada Jum’at,
19 Oktober 2013, pukul 08.00-10.00 WIB di Rumah Kasa Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak.
Alat
dan Bahan Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah baskom berdiameter lebih dari 30cm, gunting, kertas label,
polibag berdiameter 30 cm, sekop bunga, dan selotipe. Sedangkan bahan yang digunakan antara
lain air, biji Zea mays, dan tanah
bakar sebanyak 2 karung. Biji Zea mays direndam
dalam air selama 24 jam sebelum praktikum dilaksanakan. Perendaman biji ini
bertujuan untuk mempercepat proses imbibisi atau penyerapan air.
Prosedur
Kerja
Pengaruh
Faktor Air Terhadap Pertumbuhan Jagung
Tanah bakar yang akan digunakan
sebaiknya di homogenkan terlebih dahulu. Kemudian, dimasukan dimasukkan ke
dalam empat buah polibag dengan volume yang sama banyak. Masing-masing polibag ditanami 5 buah
biji Zea mays dan diberi label. Masing-masing
polibag diberi perlakuan yang berbeda. Polibag yang pertama disiram 1x sehari, polibag
kedua disiram 2 hari sekali, polibag ketiga disiram 3 hari sekali, dan polibag keempat
diletakkan dalam baskom yang berisi air, sehingga bagian bawah polibag selalu
terendam air. Pengamatan dan analisis data dilakukan setelah tanaman berumur
satu bulan.
Pengaruh Air Untuk Melihat Titik
Kelayuan
Tanah
bakar yang telah dihomogenkan dimasukkan kedalam tiga buah polibag dengan
volume yang sama banyak. Masing-masing polibag ditanami 5 buah biji Zea mays dan diberi label. Masing-masing polibag diberi perlakuan
yang berbeda. Polibag yang pertama disiram 1 kali sehari, polibag kedua disiram
ketika tanaman telah menunjukkan gejala kelayuan, sedangkan polibag ketiga
diletakkan dalam baskom yang berisi air, sehingga bagian bawah polibag selalu
terendam. Pengamatan dan analisis data dilakukan setelah tanaman berumur satu
bulan. Pengamatan yang dilakukan yaitu pengukuran panjang dan lebar daun,
panjang dan warna akar, serta berat basah dan kering tanaman jagung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perlakuan A: Pengaruh Faktor Air Terhadap Pertumbuhan Jagung
Pengamatan
pada minggu pertama, kelima biji jagung yang ditanam pada pot I, II, dan III
telah tumbuh semuanya, sedangkan pada pot IV hanya empat biji yang sudah
tumbuh, dan satu biji jagung belum tumbuh. Pengamatan pada minggu kedua, masih
sama seperti minggu pertama, yaitu hanya pot ke IV saja yang masih terdapat
biji jagung yang belum tumbuh. Pengamatan pada minggu ketiga, pot II dan III,
terdapat jagung yang mati, sedangkan pot ke IV satu biji jagung masih belum
tumbuh. Sedangkan pada minggu keempat hanya pada pot I saja yang masih tumbuh
semuanya, sedangkan pot II, III, dan IV masing-masing terdapat dua jagung yang
mati, dan satu biji jagung pada pot IV belum juga tumbuh. Adapun hasil
pengamatan setiap minggunya tersaji pada tabel-tabel dan grafik-grafik di bawah
ini.
Tabel 1. Pengaruh Air Terhadap Tinggi Tanaman Jagung
(Cm)
Minggu
|
Tanaman
Jagung
|
|||
Pot
1
|
Pot
2
|
Pot
3
|
Pot
4
|
|
1
|
22,5
|
23,2
|
19,6
|
18,325
|
2
|
24,5
|
25,5
|
22
|
20,475
|
3
|
24,5
|
27,5
|
23,25
|
21,625
|
4
|
26,14
|
30,67
|
25,7
|
25,3
|
Grafik
1. Pengaruh Air Terhadap Tinggi Tanaman
Jagung (Cm)
Tabel 1 dan grafik 1 diatas
menunjukkan rata-rata tinggi jagung pada empat pot yang diberi perlakuan
berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan pertumbuhan tinggi jagung
yang tertinggi merupakan jagung pada pot II, yaitu dengan penyiraman 2 hari
sekali. Sedangkan pertumbuhan tinggi
jagung yang terendah ditunjukkan pada pot IV, yaitu pot yang tergenang air. Hal
ini dapat terjadi karena perbedaan kecepatan tumbuh biji jagung dan masa
dormansi biji yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan setiap minggunya
diketahui bahwa setiap minggunya tinggi jagung selalu mengalami peningkatan. Peningkatan
tinggi tanaman jagung setiap minggunya dapat dilihat secara lebih rinci pada
grafik 1.
Tabel 2. Pengaruh Air Terhadap Panjang Daun Jagung
(Cm)
Minggu
|
Tanaman
Jagung
|
|||
Pot
1
|
Pot
2
|
Pot
3
|
Pot
4
|
|
1
|
12,7
|
12,3
|
8,7
|
9,25
|
2
|
15,02
|
13,42
|
10,25
|
11
|
3
|
15,02
|
14,25
|
11,05
|
12,2
|
4
|
15,74
|
15,567
|
12,73
|
15,4
|
Grafik
2. Pengaruh Air Terhadap Panjang Daun
Jagung (Cm)
Tabel 2 dan grafik 2 diatas
menunjukkan rata-rata panjang daun jagung pada empat pot yang diberi perlakuan
berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan pertumbuhan panjang
daun jagung yang tertinggi merupakan jagung pada pot I, yaitu pot dengan
penyiraman 1 hari sekali. Sedangkan pertumbuhan panjang daun jagung yang
terendah ditunjukkan pada pot III, yaitu pot dengan penyiraman tiga kali sehari.
Hal ini berarti jagung pertumbuhan daunnya lebih cepat. Selain pertumbuhan
panjang daun, daun juga melakukan perbanyakan heaian daun. Sebab, daun
merupakan organ penting tumbuhan karena merupakan tempat terjadinya
fotosintesis. Pemanjangan dan perbanyakan daun ini diharapkan dapat membantu
mempercepat reaksi fotosintesis. Reaksi fotosintesis sangat memerlukan suplai
air dan mineral yang cukup. Hal ini sebagaimana pernyataan Soemartono (1990) yang menyatakan bahwa air
sangat dibutuhkan oleh tanaman
untuk semua proses
fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan proses
pembentukan daun.
Tabel
3. Pengaruh Air Terhadap Lebar Daun Jagung (Cm)
Minggu
|
Tanaman
Jagung
|
|||
Pot
1
|
Pot
2
|
Pot
3
|
Pot
4
|
|
1
|
1,08
|
1,26
|
1,2
|
1,3
|
2
|
1,18
|
1,32
|
1,325
|
1,45
|
3
|
1,18
|
1,25
|
1,5
|
1,625
|
4
|
1,26
|
1,5
|
1,15
|
1,8
|
Grafik 3 Pengaruh Air Terhadap Lebar Daun Jagung (Cm)
Tabel
3 dan grafik 3 diatas menunjukkan rata-rata lebar daun jagung pada empat pot
yang diberi perlakuan berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan
pertumbuhan lebar daun jagung yang tertinggi merupakan jagung pada pot IV,
yaitu pot yang tergenang. Sedangkan pertumbuhan lebar daun jagung yang terendah
ditunjukkan pada pot I, yaitu pot dengan penyiraman sekali sehari. Perbandingan
antara panjang dn lebar daun jagung sangat jelas terlihat pada pot I.
Sebagaimana yang telas dijelaskan sebelumnya, pertumbuhan panjang daun yang
tertinggi merupakan jagung pada pot I. Namun, pada pertumbuhan lebar daun
jagung pada pot I justru yang terendah. Hal ini berarti pertumbuhan panjang berbanding
terbalik dengan pertumbuhan pertumbuhan lebar daun.
Perlakuan B: Pengaruh Air Untuk
Melihat Titik Kelayuan
Pengamatan
pada minggu pertama, kelima biji jagung yang ditanam pada pot I, dan III telah
tumbuh semuanya, sedangkan pada pot II hanya empat biji yang sudah tumbuh, dan
satu biji jagung belum tumbuh. Pengamatan pada minggu kedua, hanya pot ke II
saja yang masih terdapat biji jagung yang belum tumbuh, sedangkan pada pot III
terdapat dua jagung yang mati. Pengamatan pada minggu ketiga, pot I dan II terdapat satu jagung yang mati, pot
II juga masih ada satu jagung yang belum tumbuh, dan pot III terdapat dua jagung
yang mati. Pengamatan pada minggu keempat pada pot I dan pot II tedapat dua jagung yang rmati, pada pot II
juga masih terdapat satu jagung yang belum tumbuh, sedangkan pot III terdapat
tiga jagung yang mati. Adapun hasil pengamatan setiap minggunya tersaji pada
tabel-tabel dan grafik-grafik di bawah ini.
Tabel 4 Pengaruh Air Terhadap Tinggi Tanaman Jagung
(Cm)
Minggu
|
Tinggi
Tanaman Jagung
|
||
Pot
1
|
Pot
2
|
Pot
3
|
|
1
|
23,4
|
15
|
15,94
|
2
|
25,4
|
17,5
|
19,3
|
3
|
27,25
|
20
|
22,567
|
4
|
30,6
|
22,5
|
26
|
Grafik
4 Pengaruh Air Terhadap Tinggi Tanaman
Jagung (Cm)
Tabel 4 dan grafik 4 diatas
menunjukkan rata-rata tinggi tanaman jagung pada empat pot yang diberi
perlakuan berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan pertumbuhan
tinggi jagung yang tertinggi merupakan jagung pada pot I, yaitu pot dengan
penyiraman sekali sehari. Sedangkan pertumbuhan tinggi jagung yang terendah
ditunjukkan pada pot II, yaitu pot yang penyiramannya dilakukan apabila
tumbuhan telah mengalami kelayuan. Hal ini berarti pertumbuhan terbaik bagi
jagung yakni pada pot I yaitu jagung dengan penyiraman sekali sehari.
Pertumbuhan terbaik kedua yaitu jagung pada pot yang terendam air. Sedangkan
pot II pertumbuhan jagung nya terhambat karena kekurangan air, hal ini
disebabkan penyiramannya hanya dilakukan saat jagung sudah menunjukkan gejala
kelayuan. Sehingga dapat dikatakan kekurangan air bagi tumbuhan akan berdampak
buruk bagi kelangsungan hidup pertumbuhan jagung. Selain itu, pada pot III
yaitu pot yang tergenang terdapat jagung mati disebabkan busuknya batang
jagung. Sehingga, dapat dikatakan bahwa genangan air juga berdampak buruk bagi
kelangsungan hidup jagung. Berdasarkan hasil pengamatan setiap minggunya
diketahui bahwa setiap minggunya tinggi jagung selalu mengalami peningkatan.
Peningkatan tinggi tanaman jagung setiap minggunya dapat dilihat secara lebih
rinci pada grafik 1.
Tabel 5 Pengaruh Air Terhadap Panjang Daun Jagung
(Cm)
Minggu
|
Panjang
Daun Jagung
|
||
Pot
1
|
Pot
2
|
Pot
3
|
|
1
|
12,5
|
7,25
|
7,5
|
2
|
15,34
|
7,95
|
15,34
|
3
|
17
|
9,067
|
13,167
|
4
|
18,367
|
10,85
|
16,5
|
Grafik
5 Pengaruh Air Terhadap Panjang Daun
Tanaman Jagung (Cm)
Tabel
5 dan grafik 5 diatas menunjukkan rata-rata panjang daun jagung pada empat pot
yang diberi perlakuan berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan
pertumbuhan panjang daun jagung yang tertinggi merupakan jagung pada pot I,
yaitu pot dengan penyiraman sekali sehari. Sedangkan pertumbuhan panjang daun
jagung yang terendah ditunjukkan pada pot II, yaitu pot yang penyiraman
dilakukan apabila jagung telah menunjukkan gejala kelayuan. Hal ini berarti
pertumbuhan terbaik bagi jagung yakni pada pot I yaitu jagung dengan penyiraman
sekali sehari. Sedangkan pot II pertumbuhan jagung nya terhambat karena
kekurangan air.
Tabel 6 Pengaruh Air Terhadap Lebar Daun Jagung
(Cm)
Minggu
|
Lebar
Daun Jagung
|
||
Pot
1
|
Pot
2
|
Pot
3
|
|
1
|
1,18
|
1,15
|
1,18
|
2
|
1,28
|
1,3
|
1,3
|
3
|
1,4
|
1,3
|
1,6
|
4
|
1,467
|
1,45
|
1,15
|
Grafik
6 Pengaruh Air Terhadap Lebar Daun
Jagung (Cm)
Tabel
6 dan grafik 6 diatas menunjukkan rata-rata lebar daun jagung pada empat pot
yang diberi perlakuan berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan
pertumbuhan lebar daun jagung yang tertinggi merupakan jagung pada pot I, yaitu
pot yang disiram sekali sehari. Sedangkan pertumbuhan lebar daun jagung yang
terendah ditunjukkan pada pot II, yaitu pot yang penyiramannya dilakukan
setelah jagung menunjukkan gejala kelayuan.
Pembahasan
Seluruh makhluk hidup tentu memerlukan
air, tidak terkecuali tumbuhan. Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat
penting dan dibutuhkan dalam jumlah
besar karena digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 % dari
bobot segar sel-sel
dan jaringan tanaman tinggi
adalah air (Maynard
dan Orcott 1987).
Praktikum ini menggunakan tanaman jagung
atau Zae mays sebagai objek untuk mengamati pengaruh air terhadap
pertumbuhan tumbuhan dan untuk mengetahui tingkat kelayuan tumbuhan. Penggunaan
tanaman jagung sebagai objek praktikum ini dikarenakan bibit jagung relatif
mudah ditemukan dijual dipasaran. Selain juga karena jagung merupakan tanaman yang mudah tumbuh dengan tingkat
penggunaan air sedang. Penanaman
biji jagung ini dilakukan pada beberapa pot yang berbeda-beda, dan setiap
potnya mendapat perlakuan yang berbeda pula untuk intensitas penyiramannya,
yaitu sekali sehari, dua kali sehari, tiga kali sehari, setelah tumbuhan
menunjukkan gejala kelayuan, dan ada pula yang tergenang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan
diatas, bahwa air digunakan oleh tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan air bagi tumbuhan ini tidaklah sama, karena kebutuhan
terhadap air pada setiap tumbuhan tentu berbeda-beda. Komposisi air yang pas
untuk suatu tumbuhan sangat bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan tumbuhan
itu sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan Doorenbos dan
Kassam (1979) yang
menyatakan bahwa untuk
mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan
hasil tanaman perlu penyiraman sesuai kebutuhan air.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan, untuk perlakuan A pertumbuhan jagung yang
terbaik yaitu pada pot II yang penyiramannya dua hari sekali. Sedangkan untuk
perlakuan B pertumbuhan jagung yang terbaik yaitu pada pot I yaitu pot dengan
penyiraman sekali sehari.
Pertumbuhan kelima biji jagung yang
ditanam memiliki
perbedaan kecepatan tumbuh karena dipengaruhi masa dormansi biji yang
berbeda-beda. Kondisi lingkungan fisik, intensitas penyiraman, dan genangan air
juga berpengaruh bagi pertumbuhan jagung. Penyiraman yang teratur sekali dalam
sehari atau dua hari merupakan intensitas yang terbaik untuk pertumbuhan
jagung. Sedangkan penyiraman sekali dalam tiga hari dan penyiraman setelah
jagung menunjukkan gejala kelayuan dapat berdampak negatif yaitu terhambatnya
pertumbuhan jagung yang disebabkan kekurangan air dan cekaman kekeringan. Namun,
genangan air juga berdampak negatif juga untuk pertumbuhan jagung, karena dapat
menyebabkan kebusukan pada akar dan batang.
Penyiraman sekali dalam satu atau dua
hari akan mempengaruhi kelembaban tanah. Kelembaban tanah akan terjaga dengan
penyiraman secara teratur. Menurut Harjadi (2002) tanaman sangat
membutuhkan air dalam jumlah yang teratur untuk mendukung pertumbuhannya, sehingga pemberian air
yang merata sepanjang pertumbuhan tanaman
akan selalu ideal untuk tanaman
tersebut. Penyiraman yang sedikit-sedikit namun apabila dilakukan
dengan sering dan teratur memungkinkan air selalu ada sehingga dapat
selalu tersedia bagi jagung, karena
hal yang paling
penting dari jumlah air
yang ada dalam
tanah adalah ketersediaannya.
Penyiraman yang tidak teratur dan hanya
disaat jagung menunjukkan gejala kelayuan menyebabkan kadar air tanah
berkurang atau kekeringan. Cekaman kekeringan
dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu kekurangan suplai air di daerah perakaran
dan laju evapotraspirasi lebih
besar daripada penyerapan air walaupun dalam keadaan kadar air
tanah yang cukup. Menurut Haryati
(2003) kekurangan air
secara internal pada tanaman berakibat langsung pada penurunan pembelahan dan
pembesaran sel. Tanaman memiliki reaksi
yang sangat kompleks menghadapi cekaman kekeringan. Namun reaksi atau
respon yang diberikan oleh setiap tumbuhan tentu berbeda-beda tergantung pada bentuk
morfologi, anatomi dan metabolisme tumbuhan. Cekaman kekeringan akan
mengakibatkan rendahnya laju penyerapan
air oleh akar tanaman. Ketidakseimbangan antara penyerapan air oleh akar dan
kehilangan air akibat transpirasi membuat
tumbuhan menjadi layu.
Berdasarkan hasil yang diperoleh,
diketahui bahwa tumbuhan yang penyiramannya sekali dalam waktu tiga hari dan
saat menunjukkan gejala kelayuan petumbuhan jagung sangat rendah bila
dibandingkan dengan pertumbuhan jagung dengan perlakuan yang lain. Hal ini
karena pertumbuhan jagung terhambat disebabkan kurangnya suplai air. Hal ini
didukung dengan pernyataan Mubiyanto (1997) yang menyatakan bahwa jika tanaman
kekurangan air, maka
proses pertumbuhan terhambat dan
hasil akan menurun. Pemberian air yang di bawah kondisi optimum bagi
pertumbuhan tanaman, akan berakibat
tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk
memasuki fase vegetatif
selanjutnya. Selain itu Sutoro dan Susanto (1989) juga menyatakan bahwa ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Apabila
kekeringan terus menerus terjadi, tidak menutup kemungkinan tanaman akan
mengalami kematian.
Selain
kekeringan, dampak negatif juga dapat dialami tumbuhan apabila tanah tempat
hidupnya mendandung air terlalu banyak atau berlebihan. Pada saat praktikum,
kondisi seperti ini dianalogikan dengan tumbuhan pada pot yang terendam air.
Genangan air akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan suatu
tumbuhan. Hal ini karena genangan air akan mempengaruhi sifat fisik, sifat kimia,
maupun sifat biologi tanah. Tanah yang lembek merupakan tanda bahwa struktur
tanah telah rusak akibat genangan air. Dampak buruk genangan air bagi tumbuhan
adalah busuknya akar. Busuknya akan tumbuhan dapat mengganggu pertumbuhan
batang dan juga daun. Busuknya akar tumbuhan inilah yang dapat menyebabkan
kematian pada akar, sehingga tumbuhan tersebut pun akan mengalami kematian.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan dapat dikatakan bahwa hasil dari praktikum yang dilakukan sudah
sesuai dengan teori-teori yang mendukung. Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum ini adalah pertumbuhan suatu tumbuhan sangat dipengaruhi air. Apabila
kekurangan air tumbuhan akan mengalami kelayuan, dan jika kekeringan terjadi
terus-menerus tumbuhan dapat mengalami kematian. Namun apabila air terlalu
berlebihan, jagung juga dapat mengalami kematian yang disebabkan kebusukan pada
akar, batang dan juga daunnya. Air sangat menunjang kelangsungan hidup
tumbuhan. Penyiraman tanaman sekali dalam satu atau dua hari adalah perlakuan
terbaik, karena kelembaban tanah akan terjaga sehingga akan mendukung
kelangsungan hidup tumbuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Doorenbos, J.,
daan A. H., Kassam, 1979, Yield
Response to Water, FAO Irrigation and
Drainage Paper 33, FAO, Rome.
Fitter, A. H.,
dan R. K. M. Hay,
1981, Fisiologi Lingkungan Tanaman, Gajahmada University
Press, Yogyakarta.
Harjadi, S. S. M. M.,
2002, Pengantar Agronomi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Haryati, 2003, Pengaruh Cekaman
Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Kramer, P. J.,
1969, Plant and
Soil Water Relationships, New
York: Mc. Graw Hill Book
Company, Inc, p: 347.
Maynard, G. H., dan D. M. Orcott,
1987, The Physiology of Plants Under Stress, John Wiley
and Sons, Inc.
New York. 206 p.
Mubiyanto, B.M., 1997, Tanggapan
Tanaman Kopi Terhadap Cekaman Air, Warta Puslit
Kopi dan Kakao, Vol. 13, No.2, p: 83-95.
Noggle, G. R.,
dan G.
J., Fritz, 1983, Introductory Plant
Physiology, Prentice-Hall,
Inc, Englewood Cliffs, New
Jersey, 627p.
Rashid, A., Pizer, E. S., Moga,
M., et al, 1997, Elevated Expression of Fatty Acid Synthase and Fatty Acid
Synthetic Activity in Colorectal Neoplasia, Am
J Pathol, 150, p: 201-8.
Sutoro, I. S., dan Susanto, T.,
1989, Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi Pemulihan
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
dan Sorgum (Shorgumbicolor L.)
pada Fase Pertumbuhan Vegetatif, Penelitian Pertanian Vol. 9, No. 4, Balai Penelitian Tanaman
Pangan, Bogor.
Soemartono, 1990,
Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler, PAU-UGM, Yogyakarta.