Kompetisi
Tumbuhan
Widya
Sri Rahayu1
1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl.
Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
email: wie_ra17@ymail.com
Intisari
Allium
cepa atau bawang
merah memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Allium cepa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan dan obat
tradisional. Sedangkan Cyperus sp.
merupakan rumput-rumputan yang mampu tumbuh di berbagai tempat dan dianggap
sebagai gulma. Praktikum kompetisi tumbuhan ini bertujuan untuk mengatahui
pengaruh kerapatan Cyperus sp.
terhadap pertumbuhan Allium cepa.
Praktikum ini dilaksanakan selama empat minggu sejak 11 Oktober 2013 sampai 8
November 2013. Adapun hasil yang diperoleh setelah dilaksanakannya praktikum
ini menunjukkan adanya kompetisi yang terjadi antara tumbuhan Allium cepa dan Cyperus sp., maupun antar tumbuhan Cyperus sp. Kerapatan tumbuhan Cyperus
sp. dapat mempengaruhi pertumbuhan Allium
cepa. Kompetisi yang terjadi antara kedua tanaman tersebut, akan
mengakibatkan kematian pada salah satu tumbuhan.
Kata kunci: Allium
cepa, Cyperus sp., Kompetisi Tumbuhan.
Kompetisi Interspesifik, Zat Allelophaty
PENDAHULUAN
Semua tumbuhan yang hidup di suatu area
tertentu, tidak hidup sendirian, tetapi selalu hidup berdampingan dan berinteraksi
dengan tumbuhan yang lain. Interaksi antar tumbuhan dapat bersifat positif
maupun negatif, dan terjadi antara tumbuhan yang sejenis maupun yang berbeda
jenis. Interaksi yang bersifat negatif adalah kompetisi.
Menurut
Odum (1983) Kompetisi adalah interaksi antara dua organisme yang berusaha untuk
hal sama. Interaksi kompetisi biasanya interspesifik berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan proses bertahan hidup oleh dua atau lebih spesies populasi.
Interaksi kompetisi biasanya melibatkan ruang lingkup, makanan, nutrisi, cahaya
matahari, dan tipe-tipe lain dari interaksi. Kompetisi interspesifik dapat
menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari satu populasi
menggantikan yang lain.
Sedangkan
menurut Kastono (2005) kompetisi didefenisikan sebagai salah satu bentuk
interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang
tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif
terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber
daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.
Suatu
organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber
yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu
mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan
oleh individu digunakan untuk kelangsungan hidup dan untuk bereproduksi,
contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Naughton,1990).
Kompetisi
dapat terjadi pada tumbuhan yang sejenis maupun yang berbeda jenis. Kompetisi yang terjadi antara
tumbuhan yang sejenis disebut kompetisi intraspesifik, sedangkan kompetisi
antara tumbuhan yang berbeda jenis disebut kompetisi interspesifik.
Kompetisi antar tumbuhan terjadi karena
tumbuhan harus bersaing dengan tumbuhan lain yang hidup di sekitarnya untuk
mendapatka nutrisi atau zat hara, cahaya matahari, air, dan ruang tumbuh. Besar
daya kompetisi dipengaruhi oleh jumlah individu berat tanaman, siklus hidup
tanaman, periode tanaman, dan jenis tanaman. Beberapa jenis tumbuhan mempunyai
suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang ada di
sekitarnya. Zat tersebut disebut dengan zat allelophaty.
Allium cepa telah lama digunakan sebagai obat
tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit serta digunakan juga
sebagai bumbu masakan, sedangkan Cyperus sp.
merupakan tumbuhan rumput-rumputan yang sering dianggap sebagai gulma. Praktikum ini bertujuan untuk melihat
pengaruh kerapatan Cyperus sp.
terhadap pertumbuhan Allium cepa.
BAHAN DAN METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada Jum’at, tanggal 11 Oktober 2013,
pukul 08.00-10.00 WIB di Rumah Kasa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Tanjungpura Pontianak.
Tanah
bakar dihomogenkan terlebih dahulu, kemudian di masukkan kedalam masing-masing
polibag dengan volume yang sama banyak. Kemudian ditanam satu buah umbi Allium cepa. Selanjutnya diberi label
bertuliskan angka 1 sampai 4 untuk menunjukkan polibag pertama, polibag kedua,
dan seterusnya. Polibag yang pertama hanya ditanam umbi Allium cepa saja dan digunakan sebagi kontrol. Sedangkan pada
polibag kedua ditanam Cyperus sp.
sebanyak dua buah, polibag ketiga ditanam Cyperus
sp. sebanyak empat buah, dan polibag keempat ditanam Cyperus sp. enam buah. Selanjutnya diberi label C1, C2,
C3, dan seterusnya sesuai dengan banyaknya Cyperus sp. yang ditanam. Seluruh polibag disiram setiap hari dan
gulma-gulma yang tumbuh dicabut atau dibersihkan. Pengamatan terhadap tinggi
tanaman, panjang dan jumlah daun dilakukan satu kali seminggu selama empat
minggu atau satu bulan. Pengamatan yang terakhir dilakukan pengukuran terhadap berat
basah dan berat kering tanaman Allium
cepa.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Pengaruh
Kerapatan Cyperus sp. Terhadap
Pertumbuhan Allium cepa (Pengamatan
Minggu Ke-1)
Pot
|
Perlakuan
|
Panjang daun
|
Tinggi tanaman
|
Jumlah daun
|
Jumlah anakan
|
||||
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp.
(cm)
|
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp. (cm)
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
||
I
|
Kontrol
|
27,5
|
-
|
29
|
-
|
20
|
-
|
-
|
-
|
II
|
C 1
|
26,5
|
5
|
28
|
11,5
|
13
|
5
|
-
|
-
|
|
C 2
|
6,5
|
10,5
|
4
|
-
|
||||
III
|
C 1
|
28,5
|
11
|
29,5
|
13.5
|
11
|
-
|
-
|
-
|
|
C 2
|
5
|
10.5
|
-
|
-
|
||||
|
C 3
|
Mati
|
Mati
|
-
|
-
|
||||
|
C4
|
4
|
5.5
|
-
|
-
|
||||
IV
|
C 1
|
30
|
5,5
|
32
|
10,5
|
15
|
-
|
-
|
-
|
|
C 2
|
12,5
|
17,5
|
5
|
-
|
||||
|
C 3
|
15
|
22,5
|
5
|
-
|
||||
|
C 4
|
18
|
24
|
8
|
-
|
||||
|
C 5
|
13
|
17,5
|
5
|
-
|
||||
|
C 6
|
5
|
8
|
5
|
-
|
Keterangan:
Pengamatan Tanggal 18 Oktober 2013
Tabel 2. Pengaruh
Kerapatan Cyperus sp. Terhadap
Pertumbuhan Allium cepa (Pengamatan
Minggu Ke-2)
Pot
|
Perlakuan
|
Panjang daun
|
Tinggi tanaman
|
Jumlah daun
|
Jumlah anakan
|
||||
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp.
(cm)
|
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp. (cm)
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
||
I
|
Kontrol
|
20
|
-
|
21
|
-
|
5
|
-
|
-
|
-
|
II
|
C 1
|
40
|
9
|
43
|
10,5
|
17
|
5
|
-
|
-
|
C 2
|
12
|
12,5
|
4
|
-
|
|||||
III
|
C 1
|
31
|
12
|
3.4
|
13
|
12
|
-
|
-
|
-
|
C 2
|
12
|
12.5
|
-
|
-
|
|||||
C 3
|
17
|
17.7
|
-
|
1
|
|||||
C4
|
10
|
10, 5
|
-
|
-
|
|||||
IV
|
C 1
|
32
|
Mati
|
34,5
|
-
|
16
|
-
|
-
|
-
|
C 2
|
12
|
17
|
5
|
-
|
|||||
C 3
|
19
|
25
|
5
|
1
|
|||||
C 4
|
18
|
22
|
8
|
-
|
|||||
C 5
|
18
|
22
|
5
|
-
|
|||||
C 6
|
12
|
14
|
5
|
-
|
Keterangan:
Pengamatan Tanggal 25 Oktober 2013
Tabel 3. Pengaruh
Kerapatan Cyperus sp. Terhadap
Pertumbuhan Allium cepa (Pengamatan
Minggu Ke-3)
Pot
|
Perlakuan
|
Panjang daun
|
Tinggi tanaman
|
Jumlah daun
|
Jumlah anakan
|
||||
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp.
(cm)
|
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp. (cm)
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
||
I
|
Kontrol
|
11
|
-
|
12
|
-
|
13
|
-
|
-
|
-
|
II
|
C 1
|
35
|
mati
|
37
|
mati
|
16
|
mati
|
-
|
-
|
|
C 2
|
mati
|
mati
|
mati
|
-
|
||||
III
|
C 1
|
39
|
11
|
35
|
13.5
|
11
|
5
|
-
|
1
|
|
C 2
|
10
|
11
|
4
|
-
|
||||
|
C 3
|
22
|
24
|
5
|
1
|
||||
|
C4
|
11
|
12
|
5
|
-
|
||||
IV
|
C 1
|
33.5
|
mati
|
38
|
mati
|
13
|
mati
|
-
|
-
|
|
C 2
|
13.5
|
17.5
|
6
|
-
|
||||
|
C 3
|
20.5
|
25
|
5
|
1
|
||||
|
C 4
|
21
|
37
|
10
|
1
|
||||
|
C 5
|
19
|
21
|
9
|
1
|
||||
|
C 6
|
13
|
16
|
6
|
-
|
Keterangan:
Pengamatan Tanggal 1 November 2013
Tabel 4. Pengaruh
Kerapatan Cyperus sp. Terhadap
Pertumbuhan Allium cepa (Pengamatan
Minggu Ke-4)
Pot
|
Perlakuan
|
Panjang daun
|
Tinggi tanaman
|
Jumlah daun
|
Jumlah anakan
|
||||
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp.
(cm)
|
Allium cepa (cm)
|
Cyperus sp. (cm)
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
Allium cepa
|
Cyperus sp.
|
||
I
|
Kontrol
|
24.5
|
-
|
26
|
-
|
10
|
-
|
-
|
-
|
II
|
C 1
|
28
|
mati
|
30
|
mati
|
10
|
mati
|
-
|
-
|
C 2
|
mati
|
mati
|
mati
|
-
|
|||||
III
|
C 1
|
31
|
12
|
3.4
|
14
|
12
|
7
|
-
|
2
|
C 2
|
11
|
12
|
5
|
1
|
|||||
C 3
|
24
|
27.5
|
7
|
1
|
|||||
C4
|
11
|
12
|
4
|
1
|
|||||
IV
|
C 1
|
27
|
13.5
|
30
|
14.5
|
7
|
6
|
1
|
-
|
C 2
|
13
|
17.5
|
6
|
1
|
|||||
C 3
|
20
|
25
|
6
|
1
|
|||||
C 4
|
16
|
37
|
11
|
2
|
|||||
C 5
|
14
|
21
|
8
|
2
|
|||||
C 6
|
8
|
13
|
6
|
1
|
Keterangan:
Pengamatan Tanggal 8 November 2013
Tabel 5. Pengukuran
Berat Kering dan Berat Basah Tumbuhan Allium
cepa
Pot
|
Berat Basah (gr)
|
Berat Kering (gr)
|
Pot 1
Pot 2
|
1,8350
|
0,7341
|
0,3629
|
0,0923
|
Keterangan:
Pengamatan Tanggal 13 November 2013
Pembahasan
Seluruh organisme
hidup termasuk tumbuhan pasti melakukan interaksi. Interaksi tersebut dapat
bersifat negatif maupun positif. Interaksi yng bersifat negatif adalah
kompetisi. Kompetisi terjadi apabila pada area atau daerah yang ditumbuhi oleh
beberapa individu tumbuhan. Kompetisi ini terjadi sebagai akibat dari
penggunaan secara bersamaan akan sumber daya alam yang terbatas jumlahnya.
Adanya kompetisi ini tentunya akan menghambat pertumbuhan dari tumbuhan itu
sendiri. Hal ini dikarenakan individu tumbuhan yang terlibat dalam kompetisi
atau persaingan ini harus rela berbagi sumber daya. Sumber daya yang
diperebutkan merupakan kebutuhan untuk melakukan reproduksi, pertumbuhan dan
perkembangannya. Kompetisi pada tumbuhan akan berdampak negatif bagi individu yang
terlibat.
Kompetisi terjadi
pada individu sejenis maupun yang berbeda jenis. Kompetisi pada individu yang
sejenis disebut kompetisi interspesifik. Sedangkan kompetisi yang terjadi pad
individu yang berbeda jenis disebut kompetisi intraspesifik. Kompetisi
interspesifik pada praktikum ini terjadi pada tumbuhan Cyperus sp. dan Allium cepa.
Sedangkan kompetisi intraspesifik terjadi antar tumbuhan Cyperus sp.
Allium
cepa merupakan
tumbuhan herba, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai
kebutuhan. Biasanya umbi Allium cepa
ini di gunakan sebagai bumbu masakan, sedangkan daunnya sebagai campuran sayur
untuk memberikan bau khas dan menambah selera makan. Tumbuhan ini juga telah
banyak digunakan sebagai obat-obatan tradisional misalnya untuk masuk angin,
perut kembung, dan lain-lain. Banyaknya penggunaan Allium cepa dimasyarakat ini membuat tumbuhan maupun umbi tumbuhan
ini menjadi mudah ditemukan. Umbi tumbuhan ini sangat mudah untuk tumbuh
menjadi individu baru. Oleh sebab itu, pada praktikum ini, digunakan tumbuhan Allium cepa.
Tumbuhan Cyperus sp. merupakan tumbuhan jenis
rumput-rumputan yang tumbuh secara liar di berbagai daerah terestrial. Bahkan,
dapat pula tumbuh di daerah yang agak berlumpur. Tumbuhan ini sering dianggap
sebagai gulma. Tumbuhan ini sangat merugikan apabila tumbuh disekitar tanaman
pokok. Tumbuhan gulma mampu menghambat pertumbuhan tanaman yang hidup
disekitarnya, sehingga tanaman yang akhirnya akan mengalami kematian akibat
kalah berkompetisi. Tumbuhan ini digunakan pada praktikum ini untuk melihat
pengaruh kerapatannya terhadap pertumbuhan Allium
cepa.
Kompetisi interspesifik maupun
kompetisi intraspesifik terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan
interspesifik pada tumbuhan, yaitu :
a. Jenis tanaman
Faktor ini
meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, dan bentuk pertumbuhan
secara fisiologis.
b. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang
sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap
zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi
pertumbuhan tanaman.
c. Penyebaran Tanaman
Penyebaran
tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar
tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan menggunakan biji mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun
persaingan yang terjadi karena faktor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi
faktor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
d. Waktu
Dalam hal
ini waktu adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama. Periode 25-30% pertama
dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang
disebabkan oleh persaingan.
Pada umumnya, kompetisi terjadi
karena memperebutkan nutrisi atau unsur hara, cahaya matahari, air dan ruang
tumbuh. Individu yang kalah dalam kompetisi ini kemungkinan besar akan
mengalami kematian. Setelah melaksanakan praktikum dan
pengamatan selama empat minggu diperoleh data-data yang tertuang pada beberapa
grafik berikut ini.
Gambar 1, 2 dan 3
merupakan grafik yng menunjukkan panjang daun, tinggi tanaman, dan jumlah daun Allium cepa. Tumbuhan Allium cepa pada pot satu ini merupakan
tumbuhan yang digunakan sebagai kontrol yang akan digunakan sebagai pembanding
dengan tumbuhan Allium cepa lainnya yang ditanam dengan Cyperus sp. yang jumlahnya berlainan.
Gambar
1. Grafik Pengaruh Panjang Daun
Allium
Cepa (Pot 1)
Berdasarkan grafik
diatas, didapatkan bahwa panjang daun Allium
cepa bervariasi. Pengukuran panjang daun ini dilakukan dengan memilih daun
yang masih hijau, segar, dan daun yang terpanjang, sehingga terdapat perbedaan
terhadap panjang daun yang diukur setiap minggunya. Hal ini terjadi karena daun
Allium cepa sangat mudah rusak.
Adapun panjang daun Allium cepa pada
pot satu pada minggu pertama hingga minggu keempat berturut-turut adalah 27,5
Cm, 20 Cm, 11 Cm, dan 24,5 Cm.
Gambar
2. Grafik Pengaruh Tinggi Tanaman
Allium
Cepa (Pot 1)
Grafik diatas
menunjukkan tinggi tanaman Allium cepa
pada pot satu. Pada minggu pertama, tinggi tanaman Allium cepa mencapai 29 Cm. Pada minggu kedua, tinggi tanaman Allium cepa mencapai 21 Cm. Pada minggu
ketiga, tinggi tanaman Allium cepa yaitu
12 Cm. Dan pada minggu terakhir mencapai 26 Cm. Pengukuran ini mungkin terjadi
kesalahan sehingga diperoleh data bahwa tinggi tanaman pada minggu kedua dan
ketiga mengalami penurunan.
Gambar
3. Grafik Jumlah Daun
Allium Cepa (Pot
1)
Grafik diatas
menunjukkan jumlah daun Allium cepa pada
pot satu. Adapun jumlah daun Allium cepa dari
minggu pertama hingga minggu keempat berturut-turut adalah 20, 5, 13, dan 10
daun. Pada pengamatan terakhir dilakukan penimbangan berat basah dan berat
kering tumbuhan Allium cepa, yaitu
1,8350 gram, dan 07341gram.
Gambar 4, 5, dan 6
menunjukkan panjang daun, tinggi tanaman, dan jumlah daun Allium cepa pada pot kedua. Pot kedua ini ditanami pula dua buah
tumbuhan Cyperus sp. sehingga pada
pot ini, dapat dilihat kompetisi interspesifik dan kompetisi intraspesifiknya.
Namun, pada minggu ketiga, kedua tumbuhan Cyperus
sp. mati. Sehingga pada pot ini dapat dikatakan bahwa tumbuhan yang kalah
berkompetisi adalah tumbuhan Cyperus sp.
sedangkan tumbuhan Allium cepa masih
dapat bertahan hidup.
Gambar
4. Grafik Pengaruh Panjang Daun
Allium
Cepa (Pot 2)
Pada grafik
diatas, mununjukkan panjang tumbuhan Allium
cepa pada pot ke kedua. Gambar grafik ini apabila dibandingkan dengan
gambar grafik yang pertama, terlihat jelas bahwa pengukuran pada minggu kedua
panjang daun Allium cepa mengalami
perpanjangan. Perpanjangan ini terjadi karena kompetisi interspesifik yang
terjadi antara dua tumbuhan tersebut, memacu tumbuhan Allium cepa untuk bersaing
dengan Cyperus sp. untuk
memperebutkan sumber daya. Namun, diminggu selanjutnya mengalami penurunan
sedikit.
Gambar
5. Grafik Pengaruh Tinggi Tanaman
Allium
Cepa (Pot 2)
Grafik diatas
menunjukkan tinggi tanaman Allium cepa
pada pot kedua. Hampir sama dengan grafik sebelumnya, pada minggu kedua
peningkatan tinggi tanaman terjadi secara drastis. Hal ini terjadi karena
jumlah Cyperus sp. yang ditanam pada
pot ini juga tidak banyak, sehingga kerapatan cyperus sp, juga belum terlalu mempengaruhi pertumbuhan Allium cepa. Tumbuhan Allium cepa pada pot kedua masih bisa bertahan
dan mampu bersaing dengan tumbuhan Cyperus
sp.
Gambar
6. Grafik Pengaruh jumlah daun
Allium
Cepa (Pot 2)
Grafik diatas
menunjukkan jumlah daun Allium cepa
pada pot kedua. pada minggu kedua peningkatan jumlah daun. Namun
berangsur-angsur mengalami penurunan jumlah daun. Hingga pada akhir pengamatan
daun Allium cepa sudah mengalami
perubahan, warna daunnya kecokelatan, dan hampir mati. Berat basah tumbuhan Allium cepa pada pot ini adalah 0,3629
gram sedangkan berat keringnya 0,0923 gram.
Gambar 7, 8, dan 9
menunjukkan panjang daun, tinggi tanaman, dan jumlah daun Allium cepa pada pot ketiga, yaitu pot yang ditanami satu buah Allium cepa dan empat Cyperus sp. pada grafik ini terlihat
bahwa kompetisi terjadi antara kedua tumbuhan tersebut.
Gambar
7. Grafik Pengaruh Panjang Daun
Allium
Cepa (Pot 3)
Grafik diatas
menunjukkan panjang daun Allium cepa pada
pot ketiga. Peningkatan terlihat terjadi pada minggu kedua dan ketiga sedangkan
pada minggu keempat mengalami penurunan.
Dalam hal ini, penurunan dapat terjadi karena kompetisi menghambat
pertumbuhan Allium cepa.
Gambar 8. Grafik Pengaruh tinggi tanaman
Allium
Cepa (Pot 3)
Grafik diatas
menunjukkan tinggi tanaman Allium cepa pada
pot ketiga. Peningkatan tinggi tanaman terjadi pada minggu kedua dan ketiga.
Sedangkan minggu keempat mengalami penurunan sedikit. Allium cepa pada minggu pertama, kedua dan ketiga masih dapat
bersaing dengan tumbuhan Cyperus sp.
Namun, pada minggu keempat pertumbuhannya sedikit terhambat, sehingga tinggi
tanaman tidak mengalami peningkatan.
Gambar
9. Grafik Pengaruh Jumlah Daun
Allium
Cepa (Pot 3)
Grafik diatas
menunjukkan jumlah daun Allium cepa pada
pot ketiga. Jumlah daun mengalami dinamika, atau turun naik. Pada akhir
pengamatan tidak dilakukan penimbangan berat basah dan berat kering tumbuhan Allium cepa dikarenakan tumbuhan Allium cepa sudah membusuk dan dapat dikatakan mati.
Gambar 10, 11, dan
12 menunjukkan panjang daun, tinggi tanaman dan jumlah daun Allium cepa pada pot keempat. Pada pot
ini ditanami enam Cyperus sp. Semakin
banyak jumlah Cyperus sp.yang ditanam
pada pot, maka kerapatan Cyperus sp.
akan meningkat, sehingga kompetisi pun terjadi bukan hanya antara Allium cepa dan Cyperus
sp. namun, terjadi juga antar tumbuhan Cyperus
sp. sehingga akan sangat mempengaruhi pertumbuhan Allium cepa.
Gambar
10. Grafik Pengaruh Panjang Daun
Allium
Cepa (Pot 4)
Grafik ini
menunjukkan panjang daun Allium cepa pada
pot keempat. Peningkatan panjang daun terjadi pada minggu pertama kedua dan
ketiga sedangkan minggu keempat mengalami penurunan. Hal ini karena kerapatan Cyperus sp. mampu menghambat pertumbuhan Allium cepa.
Gambar
11. Grafik Pengaruh Tinggi Tanaman
Allium
Cepa (Pot 4)
Grafik ini
menunjukkan tinggi tanaman Allium cepa pada
pot keempat. Hampir sama dengan grafik sebelumnya, peningkatan tinggi tanaman
juga terjadi pada minggu kedua, dan ketiga sedangkan minggu keempat mengalami
penurunan, peningkatan terjadi karena Allium
cepa masih mampu bertahan dan bersaing dengan Cyperus sp. Namun, pada minggu keempat pertumbuhannya terhambat
sehingga mengalami penurunan tinggi tanaman.
Gambar
12. Grafik Pengaruh Jumlah Daun
Allium
Cepa (Pot 4)
Grafik ini
menunjukkan jumlah daun Allium cepa
pada pot empat. Peningkatan jumlah daun terjadi pada minggu kedua, sedangkan
pada minggu ketiga dan keempat tidak mengalami peningkatan. Pada akhir
pengamatan Allium cepa telah membusuk
atau mati. Sehingga tidak dapat dilakukan penimbangan berat basah dan berat
kering tumbuhan Allium cepa tersebut.
Berdasarkan
data-data yang diperoleh dari pengamatan menunjukkan bahwa semakin besar
kerapatan tumbuhan Cyperus sp. maka
pertumbuhan Allium cepa menjadi
semakin terhambat. Selain itu, kompetisi antara Allium cepa dan Cyperus sp.
juga terjadi kompetisi intraspesifik yaitu kompetisi yang terjadi pada tumbuhan
yang sejenis yang pada praktikum ini terjadi antar tumbuhan Cyperus sp. sehingga mengakibatkan
beberapa tumbuhan tersebut mengalami kematian.
Berdasarkan hasil
praktikum kompetisi tumbuhan yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa:
a.
Tumbuhan
Allium cepa mampu tumbuh dengan baik
dan dengan waktu yang relatif lebih lama jika tidak terdapat tumbuhan lain yang
hidup di sekitarnya.
b.
Kompetisi
yang terjadi antara Allium cepa dan Cyperus sp. merupakan kompetisi
interspesifik.
c.
Kompetisi
interspesifik mengakibatkan tumbuhan Allium
cepa mengalami kematian.
d.
Selain
kompetisi interspesifik yang terjadi antara Allium
cepa dan Cyperus sp. terjadi juga
kompetisi intraspesifik.
e.
Kompetisi
intraspesifik terjadi antar tumbuhan Cyperus
sp. juga mengakibatkan kematian pada beberapa tumbuhan Cyperus sp.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada
atas saran dan masukan untuk perbaikan manuskrip. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada teman-teman tim yakni
Muhammad Gagit Syafriansyah, Rian Juni Sumito, Serliana, dan Ulul
Maulina Riami, atas kerja sama dan bantuannya, baik selama praktikum maupun
pengamatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Kastono, 2005, Pengantar Ekologi,
UGM Press: Yogyakarta.
Naughton, 1998, Ekologi Umum,
Edisi Kedua, UGM Press: Yogyakarta.
Odum, E.P., 1971, Dasar-dasar
Ekologi, Diterjemahkan Oleh Tjahjono, S. dan Srigandono, B., Penerbit
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Odum, E.P. 1983. Basic Ecology.
CBS College Publishing, United States of America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar